KAJIAN LITERATUR ILMIAH TENTANG FLAVONOID
Tema Kajian penelitian : Metabolit Sekunder jenis phenolik (Flavonoid)
Jurnal Utama : Flavonoid Content and antioxidant activity of Vegetables from Indonesia
Peneliti : Nuri Andarwulan,
Ratna Batari, Diny Agustini Sandrasari, Bradley Bolling, dan Hanny Wijaya
Penerbit
Jurnal : Elsevier/ Science Direct
Tanggal
terbit : 21 January 2010
Jurnal
pendamping :
1. Antifungal Activity of
a new flavones glycoside from the seed of Cassia sophera linn.
Author : Parul Jain & Rajeev Nema
2. Antilipidperoxdative
role of flavonoid fraction of Cynodon dactylon against ela mediated cell
damage. Author: Saroj M & Annapoorani S.
3. Antioxidant activity,
phenol and flavonoid content of some less known medicinal plants of Assam. Author:
L.R. Saikia & Sritisri Upadhyaya
4. Screening of Total
henolic and Flavonoid content in Conventional Species of Curcuma.
Author:
Rajeshwari Sahu & Jyoti Saxena.
5. Flavonoids as
Antioxidant and Developments Regulators : Relative significance in plants and
Humans. Author: Cecilia Brunetti, Martina Di
Ferdinando, Alessio Fini, Susanna ollastri, and Massimiliano Tattini.
- Latar
belakang
Seperti
yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa tanaman mampu melakukan metabolisme
nya sendiri yang bersifat fundamental dan penting bagi makhluk hidup lainnya. Bentuk
metabolism pada tanaman yang kita kenal terbagi menjadi dua golongan atau
kelompok yaitu metabolisme primer dan metabolism sekunder. Metabolisme primer
ini berawal dari proses pengikatan CO2 pada fotosintesis sehingga menghasilkan
senyawa metabolit primer seperti asam amino, asetil koenzim a, gula, dan
nukleotida. Metabolit sekunder dapat dibentuk dari metabolit primer. Perbedaaan
antara metabolit primer dan metabolit sekunder adalah metabolit primer bersifat
luas dan dapat disintesis oleh semua tanaman, sedangkan metabolit sekunder
bersifat khusus dan hanya tanaman tertentu yang dapat menghasilkan metabolit
sekunder. Metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman ini membantu melawan
berbagai jenis herbivora dan mikroba yang bersifat patogen lainnya.
Metabolit
sekunder berbeda dengan metabolit primer (asam amino, nukleotida, gula, lipid
acyl). Metabolit sekunder hanya ditemukan pada beberapa jenis spesies tanaman
sedangkan metabolit primer ditemukan pada semua tanaman. Metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh tanaman terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan susunan
kimawinya yaitu terpen, phenolik, dan komponen penyimpanan nitrogen.
Bahasan kali ini yang penulis kaji pada jurnal
ilmiah adalah mengenai salahsatu jenis metabolit sekunder yang tergolong dalam
kelompok besar phenolik. Bahasan atau kajian dalam kumpulan artikel penelitian
tersebut dibatasi dari salah satu jenis senyawa phenolik yaitu flavonoid.
Flavonoid merupakan komponen polyphenolic yang diisolasi dari bermacam-macam
varietas tumbuhan berpembuluh dengan lebih dari 8000 jenis komponen yang
diketahui (Harborne J, 1994, dalam Jain parul et.al, 2012). Flavonoid dapat
ditemukan pada sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
rempah-rempah dan berbeda dengan tanaman obat maupun jenis minuman seperti
anggur merah, teh dan bir (Kuhnau J, 1976 dalam Jain parul et.al;2012).
Flavonoid berdasarkan struktur molekulnya terbagi menjadi beberapa macam
seperti flavon, isoflavon, isoflavan, catechin, antosianin, dan chalcons.
Penelitian
mengenai kandungan senyawa phenolik flavonoid pada suatu tanaman sudah banyak
dilakukan oleh para ilmuan. Namun penelitian tersebut baru banyak dilakukan
pada tanaman pangan western (barat), bahkan kandungan flavonoid pada tanaman
pangan western sudah diarsipkan di database USDA flavonoid (USDA, 2007 dalam
Andarwulan et.al, 2010). Akan tetapi, penelitian mengenai kandungan flavonoid
pada tanaman pangan dari Negara-negara berkembang masih jarang dilakukan,
termasuk Indonesia. Salah satu Negara Asia yang banyak mengkaji kandungan
flavonoid pada suatu tanaman adalah India. Berdasarkan referensi jurnal yang
didapat beberapa contoh species khas tanaman daerah temperate Asia khususnya
tanaman yang tergolong ke dalam family Zingiberaceae sudah dikaji mengenai
kandungan flavonoid serta unsure senyawa phenolik lainnya.
Sejumlah
sayuran di Jawa Barat yang disinyalir memiliki fungsi sebagai makanan serta
obat tradisional. Sayuran tersebut biasanya dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah
maupun dimasak terlebih dahulu. Sama halnya juga ketika dijadikan sebagai bahan
obat tanaman tersebut dapat digunakan dalam keadaan mentah, direbus, atau
digunakan sebagai tapal. Beberapa tanaman asli Indonesia sudah diskrining/ di
teliti mengenai kandungan antioksidan serta antiinflamamatory,
namun masih sedikit diketahui mengenai unsur pokok yang menyebabkan tanaman
tersebut berfungsi sebagai obat. Informasi ini diperlukan untuk mencegah
penyalahgunaan dari fungsi tersebut serta menstandarisasi isi kandungan dari
tanaman tersebut. selain itu juga informasi ini dapat digunakan untuk membangun
database flavonoid untuk Indonesia maupun Negara Asia Tenggara lainnya.
B.
Jenis
Tanaman yang digunakan penelitian
Berdasarkan
kajian dari berbagai hasil penelitian maka penulis jabarkan tanaman yang
dijadikan objek kajian ini adalah:
1. Vegetables
/ sayuran.
Sayuan yang
digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuri Andarwulan, et.al (2010)
adalah sayuran asli daerah Jawa Barat. Hal tersebut dilakukan karena dalam
kesehariannya sayuran tersebut digunakan sebagai konsumsi sehari-hari, biasanya
disantap dalam keadaan mentah maupun dalam keadaan sudah direbus terlebih
dahulu. Adapun species yang digunakan peneliotian adalah sebagai berikut :
No
|
Nama
Species
|
Nama
Daerah
|
Pemanfaatan
secara tradisional
|
1
|
Sauropus androgynus
(L) mer
|
Katuk
|
Pereda
demam, melancarkan ASI, suara parau/serak
|
2
|
Cosmos caudatus
H.B.K
|
Kenikir
|
Memperbaiki
sirkulasi darah, memperkuat tulang
|
3
|
Polyscias pinnata
|
Kedondong cina
|
Menghilangkan
bau badan, membersihkan mata, penghilang nafsu makan, mengatasi mual.
|
4
|
Centella asiatica
|
Antanan
|
Meredakan
pendarahan, tonic untuk pemulihan setelah melahirkan, kompres untuk
menyembuhkan luka, batuk, dan demam
|
5
|
Ocimum americanum
|
Kemangi
|
Untuk
sakit kepala, demam, flu, meredakan hidung tersumbat, sariawan, radang pada
telinga, melancarkan ASI, konstipasi.
|
6
|
Ptuchea indica
|
Beluntas
|
Meredakan
demam, sesak nafas, bau badan, luka otot, menstruasi, sakit pada bagian bawah
abdominal, kram peru
|
7
|
Nothopanax
scutellarius
|
Mangkokan
|
Mengatasi bengkak pada dada, bantuan melancarkan
ASI (Topical), luka, rambut rontok
|
8
|
Talinum triangulate
|
Daun ginseng
|
Meningkatkan
stamina dan daya tahan tubuh.
|
9
|
Pilea melastomoides
|
Pohpohan
|
-
|
10
|
Etlingera elatior
|
Kecombrang
|
Menghilangkan
bau amis pada ikan, inhibitor bakteri pathogen dan jamur pada makanan.
|
11
|
Portulaca oleracea
|
Krokot
|
Disentri,
diare, usus buntu, radang pada bagian dada, konstipasi, hemoroid, obat cacing
|
2. Tanaman
rimpang (dari genus Curcuma)
Species tanaman
yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rajeshwari Sahu & Jyoti
Saxena (2013) adalah tanaman rimpang yang termasuk ke dalam family
Zingiberaceae. Tanaman tersebut banyak tumbuh secara liar di seluruh daerah
tropis Asia. Dari sekian jenis tanaman rimpang yang familiar dikenal orang
adalah Curcuma longa atau dikenal
dengan kunyit. Tanaman ini banyak digunakan sebagai pewarna makanan alami
selain itu juga sering digunakan sebagai tanaman obat. Adapun species tanaman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No
|
Nama
Species
|
Nama
Daerah
|
Pemanfaatan
secara tradisional
|
1
|
Curcuma
amada
|
Mango ginger
|
Bahan
utama untuk pembuatan acar, permen, salad, saus, serta dapat digunakan untuk
pengobatan gangguan mood, dan penjaga stamina.
|
2
|
Curcuma
caesia
|
Kunyit hitam
|
Untuk
pengobatan leucoderma, asma, tumor.
|
3
|
Curcuma
longa
|
Kunyit atau kunir
|
Pewarna
makanan alami dan digunakan sebagai bahan obat tradisional.
|
3. Tanaman
obat lainnya
Sudah sejak lama
sekali orang-orang Asia memanfaatkan herbal atau tanaman obat sebagai treatment
penyembuhannya atau untuk menjaga kesehatan tubuh. Namun tanaman-tanaman yang
disinyalir dapat menyembuhkan suatu penyakit perlu dianalisis mengenai
kandungan yang ada dalam tanaman tersebut. L.R. Saikia & Sristisri
Upadhyaya (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan tanaman obat yang
tumbuh di wilayah Assam India. Adapun species tanamannya adalah sebagai
berikut:
No
|
Nama
Species
|
Nama lain
|
Pemanfaatan
secara tradisional
|
1
|
Polygnum
microcephalum
|
Persicaria
|
Daunnya digunakan sebagai sayuran, serta sebagai
pembuka dan releafs kadar asam pada lambung
|
2
|
Moringa
oleifera
|
Kelor
|
Daunnya juga digunakan sebagai sayuran, serta
dapat menyembuhkan penyakit kuning dan mencegah infeksi virus penyebab campak
|
3
|
Croton
tiglium
|
Kemalakian/sejenis jarak
|
Mengobati infeksi jamur pada kuku busuk.
|
4
|
Gomphrena
globosa
|
Bunga kancing/kenop
|
Menghentikan pendarahan akibat luka terpotong atau
tersayat.
|
Adapun tanaman
lain yang dijadikan penelitian yang dilakukan oleh Saroj M, et.al (2012) dan
Parul Jain, et.al (2012) dalam kajian referensi tugas ini adalah:
No
|
Nama
Species
|
Nama
lain
|
Pemanfaatan
secara tradisional
|
1
|
Cynodon
dactylon
|
Rumput grintingan
|
Daun akar dan rhizomanya digunakan untuk obat serta
sebagai agen hypolipidemic, & hypoglycemic.
|
2
|
Caassia
Sophera
|
Kasundi
|
Kulit kayu dan bijinya digunakan diabetes, obat
pencahar serta obat untuk bronchitis selain itu juga daunnya digunakan
sebagai obat cacing
|
C.
Bahan
dan metode isolasi identifikasi Kandungan Flavonoid
Sebelum
melangkah ke bagian hasil kandungan flavonoid pada masing-masing tanaman yang
dijadikan objek penelitian, terlebih dahulu penyaji mencoba memaparkan proses
bagaimana caranya mengisolasi serta identifikasi flavonoid pada tanaman
tersebut. Dalam proses identifikasi serta isolasi flavonoid selain
tanaman-tanaman yang telah dijelaskan sebelumnya diperlukan material atau bahan
untuk digunakan saat proses tersebut berlangsung. Sebagian besar bahan tersebut
berupa zat kimia serta reagent untuk proses identifikasi dan isolasi flavonoid.
Adapun bahan yang diperlukan untuk proses tersebut adalah: 6-hydroxy-2,5,7,8-tetramethylchroman-2-carboxylic
acid (trolox), DPPH, ABTS, dan test-butylhydrroquinone (TBHQ), asetonnitrit,
methanol, etanol, folin-Ciocalteau reagent, HCl, KH2PO4, potassium ferric acid,
dan trichloroacetic acid (TCA). Bahan-bahan tersebut terdapat pada jurnal yang
menjadi kajian utama. Proses yang digunakan melalui beberapa tahap diantaranya
preparasi bahan utama (11 macam sayuran yang telah dijelaskan pada bahasan
sebelumnya) tersebut dibersihkan kemudian disimpan selama semalaman dalam suhu
20oC dan kemudian di lyophilised (metode pengeringan makanan) selama
48 jam. Setelah sayuran tersebut kering kemudian disimpan dalam suhu 20oC dan dalam kondisi gelap.
Perlakuan
selanjutnya adalah analisis kelembaban (segar dan beku kering/ground) dan
dilanjutkan dengan pengeringan sample dalam suhu 100oC selama 6 jam.
Sampel tersebut masuk ke proses tahap berikutnya yaitu total fenol dengan cara
sample yang telah beku dan kering diekstraksi dengan pencampuran 2,5 ml etanol
95% pada mesin sentrifugal pada 1536g selama 5 menit. Metode folin ini
digunakan untuk mengetahui total fenolik yang terkandung pada ekstra sayuran.
Selanjutnya sample tersebut masuk ke langkah Scavenging DPPH yaitu dengan cara
ekstrak sample sebanyak 100mg/ml tersebut ditambahkan 5ml 0.1 M larutan DPPH dalam
methanol dan absorbansi pada 517nm dalam inkubasi pada suhu 27oC
selama 30 menit. Dan kemudian dilanjut ke tahap ferric reducing power dengan
menggunakan bahan 6-hydroxy-2,5,7,8-tetramethylchroman-2-carboxylic acid
(trolox), potassium ferric acid, dan trichloroacetic acid (TCA). Dan kemudian
masuk ke proses terakhir yaitu analisis flavonoid dengan menggunakan reagent
TBHQ.
Selain
cara di atas berdasarkan referensi jurnal yang lain untuk mengisolasi senyawa
flavonoid dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu bisa dengan metanol,
isolasi dengan charaux Paris, atau dengan pelarut lainnya bisa dengan etanol
atau dengan kloroform. Tahapan proses dalam mengisolasi flavonoid ini selalu
sama yang diawali dengan tahap persiapan bahan, kemudian pemisahan kandungan
total fenolik/fenol, dan terakhir pemisahan kandungan total flavonoid, walaupun
tahapannya sama bahan yang digunakan serta reagent berbeda-beda.
D.
Hasil
Kandungan Flavonoid
Setelah
proses-proses isolasi dan identifikasi dilakukan maka didapatkan hasil
kandungan flavonoid pada tanaman berikut ini:
No
|
Nama
Species
|
Nama
Daerah
|
Total
Phenol (mg GAE/g fw)
|
Total
Flavonoid (mg GAE/g fw)
|
1
|
Sauropus androgynus
(L) mer
|
Katuk
|
1.49 + 0.15a
|
143 + 6a
|
2
|
Cosmos caudatus
H.B.K
|
Kenikir
|
1.52 + 0.11a
|
52.2 + 4.1b
|
3
|
Polyscias pinnata
|
Kedondong cina
|
0.790 + 0.111b
|
52.2 + 3.3b
|
4
|
Centella asiatica
|
Antanan
|
0.463 + 0.018d
|
20.9 + 0.7c
|
5
|
Ocimum americanum
|
Kemangi
|
0.812 + 0.119b
|
7.22 + 0.36d
|
6
|
Ptuchea indica
|
Beluntas
|
0.831 + 0.129b
|
6.39 + 0.27d
|
7
|
Nothopanax
scutellarius
|
Mangkokan
|
0.943 + 0.142b
|
5.42 + 0.15e
|
8
|
Talinum triangulate
|
Daun ginseng
|
0.489 + 0.100cd
|
3.93 + 0.17f
|
9
|
Pilea melastomoides
|
Pohpohan
|
0.701 + 0.134bc
|
2.27 + 0.21g
|
10
|
Etlingera elatior
|
Kecombrang
|
0.806 + 0.096b
|
1.18 + 0.06h
|
11
|
Portulaca oleracea
|
Krokot
|
0.334 + 0.023e
|
0.30 + 0.02i
|
Hasil
dari 11 sayuran yang telah diekstrak didapatkan hasil jumlah kandungan phenolik
dengan total pphenol berkisar 0.33 – 1.52 mg GAE berat segar/g(fw). Berdasarkan
table di atas tanaman kenikir dan katuk memiliki total fenol yang terbesar
yaitu 1.52 dan 1.49 mg GAE/g fw. Untuk isi macam kandungan flavonoid itu
sendiri dapat di lihat dari table di bawah ini:
Kandungan
total flavonoid dari 11 sayuran di atas yang berasal dari Jawa Barat bervariasi
0.3 – 143mg/100g fw seperti yang terlampir pada table di atas. Sauropus androgynus, Cosmos caudatus, dan Polyscias pinnata mengandung flavonoid
1.5 kali lipat lebih banyak dari sayuran lainnya. Quercetin dan kaempferol
merupakan jenis flavonoid yang total kandungannya lebih dari 60% sementara
selebihnya terdiri dari jenis flavonoid myericetin, luteolin, dan apigenin
sedikit kurang melimpah. Namun berdasarkan hasil dari table di atas nilai
kandungan flavonoid tersebut sudah mencapai standar kandungan flavonoid sayuran
yang distandarkan pada flavonoid USDA (badan standar tanaman pangan western)
dan dapat disejajarkan kandungannya dengan sayuran western lainnya seperti
peterseli, bayam, dan selada.
Sedangkan
hasil kajian dari penelitian lainnya adalah didapatkan kandungan flavonoid
sebagai berikut :
No
|
Nama
Species
|
Nama
Daerah
|
Total
Phenol (mg GAE/g fw)
|
Total
Flavonoid (mg GAE/g fw)
|
1
|
Curcuma
amada
|
Mango ginger
|
92.30 + 0.05
|
22.52 + 0.015
|
2
|
Curcuma
caesia
|
Kunyit hitam
|
134.47 + 0.06
|
40.6 + 0.1
|
3
|
Curcuma
longa
|
Kunyit atau kunir
|
260 + 0.25
|
79.36 + 0.01
|
Kandungan
phenol maksimum terdapat pada ekstrak Curcuma
longa yang didalamnya terdapat total flavonoid yang dipisahkan dengan
menggunakan reagent quercetin. Quercetin ini merupakan standar komponen yang
terkandung dalam susunan flavonoid. Curcuma
longa mengandung komponen fenol dan flavonoid paling tinggi dibandingkan
dengan tanaman rimpang lainnya.
Berikut
ini merupakan hasil kandungan flavonoid pada tanaman lainnya:
No
|
Nama
Species
|
Nama
lain
|
Total
Phenol (mg catechol equivalent/g dry material)
|
Total
Flavonoid (mg quercetin/g dry material)
|
1
|
Polygnum
microcephalum
|
Persicaria
|
19.0
|
39.6
|
2
|
Moringa
oleifera
|
Kelor
|
13.4
|
37.0
|
3
|
Croton
tiglium
|
Kemalakian/sejenis jarak
|
7.48
|
26.6
|
4
|
Gomphrena
globosa
|
Bunga kancing/kenop
|
3.6
|
17.2
|
Jumlah
fenol dan flavonoid yang tertinggi berdasarkan table di atas adalah terdapat
pada tanaman Polygnum microcephalum.
Sedangkan untuk tanaman lainnya jumlah phenol dan flavonoidnya secara berurutan
semakin ke bawah list daftarnya semakin rendah kandungannya.
Tanaman
lainnya yang dijadikan objek kajian ini adalah Cassia sophera, namun berdasarkan artikel yang penulis kaji tidak
ditemukan data hasil kandungan phenol dan flavonid secara spesifik, hanya
disebutkan bahwa tanaman ini mengandung senyawa flavonoid berupa flavones glycoside yang ditemukan pada
bagian biji tanamannya. Dengan structur senyawa seperti di bawah ini :
Serta
tanaman terakhir yang dijadikan objek kajian penulis berdasarkan referensi yang
didapat adalah tanaman Cyonodon dactylon,
sama halnya dengan tanaman sebelumnya berdasarkan referensi yang penulis dapat
pada tanaman ini tidak ditemukan data hasil kandungan phenol dan flavonoid.
Dalam informasi referensi tersebut pada tanaman ini terkandung flavonoid berupa
flavon dan antosianin.
E.
Peranan
Flavonoid sebagai senyawa antioksidan regulator pembangun pada tanaman dan
Manusia
Flavonoid
memiliki kelompok paling luas dari metabolit sekonder lainnya meliputi 10.000
lebih struktur, sudah lama dikenal memiliki fungsi sangat penting untuk
melindungi tanaman saat terjadi kondisi lingkungan yang mencekam. Flavonoid
memiliki kapasitas untuk menyerap energy matahari dengan panjang gelombang
tertentu (UV-B dan UV-A), menghambat pembangkitan reactive oxygen species (ROS)
dan kemudian memadamkan ROS setelah mereka terbentuk. Hal tersebut diperkuat
dengan penemuan baru bahwa cicin dihidroksi yang tersubstitusi pada flavonoid
yang terletak dekat dengan pusat pembangkit ROS sehingga memiliki peran sebagai
antioksidan dalam fotoproteksi (Brunetti, et.al; 2013).
Flavonoid
juga sudah dikenal sejak lama untuk pengurangan kinerja fungsi tubuh manusia. Hal
ini berdasarkan literature yang banyak menunjukan bahwa kandungan flavonoid
terdapat pada jenis makanan yang memiliki potensi peningkatan antioksidan
sebagai dari perubahan kondisi lingkungan. Beberapa penemuan terbaru melaporkan
bahwa flavonoid memiliki fungsi sebagai signaling pada sel eukariotik, melalui
kemampuan flavonoid ini sel dapat berinteraksi dengan berbagai protein kinase
yang dapat menggantikan langkah kunci dari pertumbuhan sel dan diferensiasi.
Peran fungsional flavonoid ini mungkin memiliki nilai lebih pada saat
fotoproteksi, dan hubungannya sangat erat/kuat antara flavonoid dengan hormone
auksin. Menariknya, selain flavonoid menunjukan dampak menguntungkan kesehatan
pada manusia juga diduga berada memiliki kemampuan untuk mengontrol aktivitas
beberapa protein kinase termasuk mitogen activated protein kinase (MAPK).
Flavonoid
memiliki efek biologis dalam sistem sel mamalia yang berperan dalam kesehatan
manusia. Flavonoid memiliki ikatan difenilpropana yang diketahui sebagai
antimutagenik dan antikarsinogenik. Selain itu, senyawa ini juga memiliki peran
sebagai antioksidan , anti peradangan, anti alergi dan dapat menghmbat oksidasi
dari LDL (low density lipoprotein).
DAFTAR
PUSTAKA
Andarwulan,
Nuri., Batari, Ratna., Sandrasari, D.A., Bolling, Bradley., & Wijaya,
Hanny. (2010). Flavonoid Content and
Antioxidant Activity of Vegetables from Indonesia. Elsevier/Science Direct.,
121, pp. 1231-1235.
Brunetti,
Cecilia., Ferdinando, M. D., Fini, Alessio., ollastri, Susana.,. & Tattini,
Massimilino. (2013). Flavonoid as
Antioxidants and Developmental Regulators: Relative significance in lants and
Humans. International Journal of Molecular Sciences, 14, pp. 3540-3555.
Jain,
Parul., & Nema, Rajev. (2012). Antifungal
activity of a New Flavone Gycoside from The Seed of Cassia sophera linn.
International Journal of Biological & harmaceutical Research, 3, pp.
387-391.
M,
Saroja., & S, Annapoorani. (2012). Antilipidperoxdative Role of Flavonoid
Fraction of Cynodon dactylon Againts ELA Mediated Cell Damage. International
Research Journal of Pharmacy, 3, pp. 181-185.
Saikia,
L.R., & Upadhyaya, Sristisri. (2011). Antioxidant
Activity, Phenol and Flavonoid Content of Some Less Known Medicinal lants of
Assam. International Journal of Pharma and Bio Science, 2, pp. 383-388.
Sahu,
Rajeshwari,. & Saxena, Jyoti., (2013). Screening
of Total Phenolic and Flavonoid Content In Conventional and Non-Conventional
Species of Curcuma. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 2,
pp.176-179.
No comments:
Post a Comment