Tuesday 3 September 2013

plesiran ke Borobudur & Jogja

Nasib'''' entah apa namanya (penulis juga bingung) setiap kali planning jalan-jalan baik itu studi tour/darma wisata/ atau apalah yang intinya berkunjung ke kota Gudeg ini selalu kandas dalam balutan harapan saja. sebagai catatan, 10 tahun yang lalu tepatnya pada masa berseragam putih biru dongker (SMP) disekolah saya ada kegiatan studitour kejogja namun karna waktu itu lagi musim hujan yang sangat2 deras ditambah masih ada pengaruh krisis moneter, kegiAtan tersebut urung dilaksanakan, alasannya banjir dimana2, akses jalan menuju jogja juga terkena imbasnya. next 2 tahun berikutnya perkumpulan remaja bojong-pun berencana mengunjungi kota gudeg juga namun tidak tahu alasannya rencana tersebut batal pula,terbesit dalam otakku mungkin gara2 saya ikut daftar kali ya... Rasa penasaran saya untuk mengunjungi kota Gudeg semakin meraja lela,, sempat terbesit kenapa ga coba backpackeran saja,,, setelah bersemedi dan berpikir matang-matang "belum berani red- lagian masih belum cukup modal" buat biaya sehari2 aja masih harus puasa senin kamis, ditambah targetan kuliah harus lulus tepat waktu, berat-berat... 10 tahun kemudian.... Awal Ramadhan 1434 H, Caung (teman sekampungku) tiba-tiba mengontak saya untuk minta pendapat mengenai kegiatan liburan lebaran yang akan diselenggarakan ditempat kelahiran tercinta. kegiatan yang akan diusung adalah :
1. pesta pemuda dan tasyakuran masyarakat bojong (pendapat saya untuk poin ini adalah TIDAK SETUJU... alasannya tasyakuran syawal koq ada hiburan organ tunggalnya, padahal tahun kemarin ngundang mubaligh kondang)
2. Jalan-jalan ke Jogja & Borobudur (pendapat saya untuk poin ini adalah .... I very very agree,,, harapan 10 tahun yang lalu akhirnya akan terealisasi pikirku saat itu)
Akhirnya ada kesempatan untuk menggapai asa ku... 4 hari kemudian.... jreng,,, jreng,,, caung mengontak-ku kembali bahwasannya acaranya diundur sekitar 10 harian lagi.... whatt (perasaanku mulai penat saat itu walhasil waktu tersebut bertepatan dengan nikahan kakak saya),, dengan berat hati saya putuskan untuk mengurungkan harapan kembali langsung saya Cancel kegiatan poin 2. Nasib, belum jodoh, atau mungkin karena saya orang sunda sejati yang belum boleh menginjakan negri majapahit sebelum menjelajahi bumi pasundan secara keseluruhan (he,, jadi ngelantur kemana-mana)
jreng,, jreng,,
saya sampai juga di bangunan buatan masa syailendra.... pokoknya panjang dengan berbagai kegalauan sehingga memutuskan untuk sampi ketempat ini,,, hehe,, lebay.. hohoho... sya sempat juga untuk foto sam bule sana...
jalan-jalannya masih dilanjut lagi menuju kota gudeg,, tujuan utama saya adalah pantai parang tritis dan pasar marioboro
kalo kesini masih belum puaasss, soalnya ombaknya lagi guedeee bgt,, trus lagi banyak ubur2,, agenda terakhir jalan-jalan (ke marioboro) belum sempat terdokumentasikan karna baterainya lowbat.. kesimpulannya belum puas untuk mengunjungi kota ini.. mudah2n next time bisa berkunjung lagi, dan bisa mengunjungi kota -kota lainnya. aminnn

Friday 30 August 2013

Cendrawasih 12 Kawat

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Family : Paradisaeidae Genus : Seleucidis Species : Seleucidis melanoleuca Nama Lain : Cendrawasih 12 Kawat
Burung cendrawasih 12 kawat adalah bunmg yang sangat mempesona. Tidak heran kalau dijuluki burung dewata, burung yang seindah burung surga. Burung ini mempunyai nilai budaya yang tinggi, karena selalu digunakan dalam upacara-upacara adat. Burung ini mempunyai ciri yang khas yaitu berupa bulu panjang sebanyak 12 jumlahnya yang keluar dari punggungnya, panjangnya 30 cm. Bulu yang seper ti kawat ini berwama coklat keabu-abuan. Wamanya memang elok, satu pola dengan Cendrawasih Kuning besar atau Merah dengan sayap dan punggung berwarna coklat cerah. Akan tetapi rincian pola warna Cendrawasih 12 kawat nyata berbeda dengan jenis-jenis lainnya. Betina dan jantan berbeda pola warnanya. Yang jantan mempunyai bulu hias di lehernya yang dapat dimekarkan. Bulu ini berwarna hitam mengkilat ber lapis hijau dan pinggiran berwarna hijau mengkilat. Bila dimekarkan, yaitu bila sedang mencumbu si betinanya, bulu ini akan menutupi sebagian ke¬palanya. Bulu samping tebal menutupi juga perutnya, memanjang ke belakang, berwarna kuning emas. Yang betina berwarna coklat pada punggungnya dengan warna merah pada tepi sayap, sedangkan dadanya coklat berbintik. Karena keindahannya inilah kebanyakan burung dalam suku Paradisaeidae, terutama yang jantan, diburu untuk dijadikan binatang hias, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Habitatnya adalah hutan hujan dataran rendah dekat pesisir dan hutan sepanjang sungai-sungai di dataran rendah, terutama di hutan sagu dan pandanus. Pada umumnya hidup di dalam hutan pamah di Irian Jaya. Pada waktu tidak terbang, burung-burung ini bertengger pada dahan pepohonan. Penyebaran burung ini adalah di Salawati, Irian dan Papua New Guinea. Makanan terdiri dari serangga, larva serangga, buah-buahan, biji-bijian dan madu. Sarangnya dibuat pada cabang-cabang pohon. Sarangnya berbentuk mangkuk yang dangkal, yang dibuat dari daun Pandanus, kulit kayu, dengan bagian dalamnya dilapisi akar-akar halus dan serat tumbuhan. Di dalamnya hanya terdapat sebutir telur berwarna krem berjalur-jalur warna sawo matang dan keabu-abuan. Telur berukuran 40,7 x 26,5 mm (www.indopedia.gunadarma.ac.id).

Cendrawasih Merah

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Family : Paradisaeidae Genus : Paradisaea Species : Paradisaea rubra Nama Lain : Cendrawasih Merah
Cendrawasih Merah adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar 72cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan. Endemik Indonesia, Cendrawasih Merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat. Cendrawasih Merah adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan anekaserangga. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Merah dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II (www.Wikipedia.com).

Nuri Raja Ambon

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Psittaciformes Family : Psittaculidae Genus : Alisterus Species : Alisterus amboinensis Nama Lain : Nuri Raja Ambon
sumber gambar bobo.grid.id 

Burung Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) layak menjadi burung khas Maluku. Burung berparuh bengkok yang sering disebut Nuri Raja saja ini memang ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Maluku. Anugerah yang pantas bagi burung Nuri Raja yang mempunyai bulu indah dengan tabrak warna yang kontras. Burung Nuri Raja Ambon sering disebut Nuri Raja saja. Hewan ini dalam bahasa Inggrisdikenal sebagai Moluccan King-parrot, Ambon King Parrot, atau Amboina King Parrot. Sedangkan dalam bahasa latin burung endemik Maluku ini disebut Alisterus amboinensis. Nuri Raja merupakan satu dari 3 anggota King Parrot (Genus: Alisterus) selain Nuri Raja Papua atau Papuan King Parrot(Alisterus chloropterus) dan Nuri Raja Australia atau Australian King Parrot (Alisterus scapularis). Penampilan burung Nuri Raja Ambon memang khas. Selain seperti jenis burung Nuri lainnya yang mempunyai paruh bengkok, burung yang mempunyai badan sepanjang 35 cm ini memiliki bulu yang ‘semarak’ dan mencolok dengan kombinasi warna merah, hijau, dan biru. Bulu pada kepala dan dada burung Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) berwarna merah. Sayapnya berwarna hijau. Sedangkan bagian punggung bagian atas berwarna biru menyala dan ekor mempunyai warna biru atau biru keunguan atau biru kehitaman. Burung endemik yang ditetapkan sebagai maskot provinsi Maluku mendampingi Anggrek Larat sebagai flora identitas provinsinya ini hidup secara berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil dengan suara kicauan yang agak ricuh. Burung Nuri Raja Ambon mengkonsumsi buah, biji, madu, dan pucuk tanaman. Burung ini tinggal di lubang-lubang pada pohon. Perkawinan terjadi sekitar pada bulan Februari hingga Maret. Burung Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) merupakan hewan endemik yang hidup di pulau Ambon, Seram dan wilayah Maluku Tengah lainnya serta wilayah Maluku Utara seperti pulau Halmahera. Burung Nuri Raja Ambon mendiami hutan-hutan hujan dataran rendah dan perkebunan hingga ketinggian 1.400 meter dpl. Populasi burung berbulu indah dan mencolok ini di alam diperkirakan sekitar 70.000 ekor (IUCN Redlist: 1997). Dan berdasarkan jumlah populasi tersebut, oleh IUCN Redlist danBirdLife International burung yang dikenal sebagai Amboina King Parrot ini dikategorikan dalam status konservasi Least Concern (Beresiko Rendah) sejak 1988, meskipun pada periode 1994-2000 statusnya pernah dinaikkan menjadi Near Threatened (Hampir Terancam). Sedangkan CITES mendaftarnya dalam Apendiks II. Ancaman utama terhadap populasi burung maskot Maluku ini adalah berkurangnya habitat akibat menyempitnya luas hutan dan kerusakan hutan. Selain itu juga diakibatkan oleh perburuan liar untuk diperdagangkan (www.alamendah.blogspot.com).

Bidadari Halmahera

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Family : Paradisaeidae Genus : Semioptera Species : Semioptera walacii Nama Lain : Bidadari Halmahera
Burung Bidadari Halmahera dari namanya saja sudah menunjukan identitas sebuah tempat, tidak salah jika fauna ini dijadikan fauna identitas propinsi Gorontalo. Semioptera walacii (nama ilmiah dari burung bidadari halmahera) adalah jenis cendrawasih berukuran sedang, sekitar 28cm, berwarna cokelat-zaitun. Cendrawasih ini merupakan satu-satunya anggota genus Semioptera. Burung jantan bermahkota warna ungu dan ungu-pucat mengkilat dan warna pelindung dadanya hijau zamrud. Cirinya yang paling mencolok adalah dua pasang bulu putih yang panjang yang keluar menekuk dari sayapnya dan bulu itu dapat ditegakkan atau diturunkan sesuai keinginan burung ini. Burung betinanya yang kurang menarik berwarna cokelat zaitun dan berukuran lebih kecil serta punya ekor lebih panjang dibandingkan burung jantan (www.wikipedia.com). George Robert Gray dari Museum Inggris menamai jenis ini untuk menghormati Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris dan pengarang buku The Malay Archipelago, orang Eropa pertama yang menemukan burung ini pada tahun 1858. Wallace menamakannya Bidadari karena terpikat oleh keindahan dan keelokan tariannya. Mereka berkumpul dan menampilkan tarian udara yang indah, meluncur dengan sayapnya dan mengembangkan bulu pelindung dadanya yang berwarna hijau mencolok sementara bulu putih panjangnya di punggungnya dikibar-kibarkan. Oleh penemuan Wallace sebagai burung tercantik yang pernah ia lihat, Burung Bidadari sekarang dikenal sebagai burung endemik Halmahera karena tidak dijumpai di tempat manapun di dunia (www.greenkompasiana.com). Burung Bidadari Halmahera adalah burung endemik kepulauan Maluku dan merupakan jenis burung cenderawasih sejati yang tersebar paling barat. Makanannya terdiri dari serangga, artropoda, dan buah-buahan. Karena umum ditemukan di rentang habitatnya yang terbatas, burung Bidadari Halmahera dievaluasi beresiko rendah di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix II (www.wikipedia.com).

Thursday 29 August 2013

Tangkasi

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Primata Family : Tarsiidae Genus : Tarsius Species : Tarsius tarsier Nama Lain : Tangkasi
Lansekap Tangkoko Duasudara (LTD) yang terletak di Kota Bitung, Sulawesi Utara, merupakan salah satu kawasan alam terakhir yang menawarkan suaka bagi penyusun alam hayati Sulawesi. Di Tangkoko ini dapat ditemukan berbagai jenis satwa endemic salah satunya adalah Tangkasi. Tarsius tarsier (nama ilmiah dari Tangkasi) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar (www.wikipedia.com). Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming. Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah (www.wikipedia.com).

Ikan Bulala’o

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Family : Mugilidae Genus : Liza Species : Liza dussumieri Nama Lain : ikan Bulala’o
Fauna ini merupakan fauna identitas propinsi Gorontalo. Ikan bulala’o merupakan sejenis ikan yang biasa dikonsumsi masyarakat disana. Bentuk tubuhnya seperti ikan bandeng, ramping panjang denga dua sirip dorsal disekitar abdomen dan ekor serta sirip ventral dan sirip anal dengan ukuran siripyang sama dengan sirip atas (dorsal). Habitat ikan ini hidup disekitar dekat pantai atau air payau. Panjang tubuh ikan ini sekitar kurang lebih 15 cm. makanan ikan ini adalah ganggang, plankton dan partikel anorganik yang mengendap di dasar laut. Daerah penyebarannya belum diketahui secara pasti kemungkinan diseluruh perairan Indonesia.

Maleo

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Galliformes Family : Megapodiidae Genus : Macrocephalon Species : Macrocephalon maleo Nama Lain : Maleo
Burung Maleo adalah satwa endemik Sulawesi, artinya hanya bisa ditemukan hidup dan berkembang di Pulau Sulawesi. Burung ini dijadikan sebagai fauna identitas propinsi Sulawesi Tengah. Maleo Senkawor atau Maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55 cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang. Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam. Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat ini (www.wikipedia.com). Keunikan lainnya lagi adalah hewan ini anti poligami, hanya mengenal satu pasangan selama hidupnya (monogami). Burung ini memiliki ciri-ciri bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan (www.wikipedia.com). Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Populasi terbanyaknya kini tinggal di Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah di cagar alam Saluki, Donggala, Sulawesi Tengah. Di wilayah Taman Nasional Lore Lindu ini, populasinya ditaksir tinggal 320 ekor. Karena populasinya yang kian sedikit, burung unik dan langka ini dilindungi dari kepunahan. Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I (www.alamendah.blogspot.com). Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Berbeda dengan anak unggas pada umumnya yang pada sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap pada anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini dikarenakan nutrisi yang terkandung di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang. Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, tingkat kematian anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas (www.wikipedia.com).

Anoa

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Family : Bovidae Genus : Bubalus Species : Bubalus depressicornis Nama Lain : Anoa
Fauna yang mirip kerbau namun mini dan memiliki tanduk seperti rusa ini hanya bisa dapat ditemukan di pulau Sulawesi khususnya daerah Sulawesi bagian Tenggara. Anoa adalah hewan endemik Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan(Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. kedua jenis ini termasuk binatang liar yang sangat peka terhadap kehadiran makhluk lain (www.greenkompasiana.com). Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan memiliki berat 150-300 kg. Anak anoa akan dilahirkan sekali setahun. Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya. Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines (www.wikipedia.com)

Mandar Dengkur

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Gruiformes Family : Rallidae Genus : Aramidopsis Species : Aramidopsis plateni Nama Lain : Mandar Dengkur
Mandar dengkur adalah burung yang endemiknya di Sulawesi Barat. Burung ini rentan terhadap kepunahan. Fauna ini dijadikan fauna identitas Propinsi Sulawesi Barat, hal tersebut disematkan dalam lambing daerahnya. Burung ini memiliki ukuran tubuh dengan tinggi 29 cm, paruhnya agak panjang, muka dan bagian bawahnya berwarna abu-abu; tenggorokan keputih-putihan; sisi perut berpalang hitam dan putih danparuhnya berwarna kemerahan. Bunyi burung mandar dengkur adalah lebih terdengar mendengkur tenang selama 1-2 detik, termasuk suara singkat wheez yang diikuti cepat oleh suara dengkur ee-orrrr yang berlarut-larut, panjang, yang dengan mudah bisa salah dikenali sebagai suara babi liar. Juga suara napas yang singkat dan redam[1]. Hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan. Jenis ini tertekan dengan ledakan populasi yang mengejutkan selama 10-15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang berlebihan untuk perdagangan burung dalam sangkar, dan sekarang langka akibat kegiatan ini. Menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang (www.wikipedia.com). Mandar dengkur adalah pemakan segala atau omnivora, akan tetapi burung ini lebih sering memakan tumbuhan. Habitatnya sebagai penghuni hutan pamah primer dan sekunder yang tinggi, hutan perbukitan dan hutan pegunungan; juga hutan basah sekunder yang tumbuh di tepi hutan yang lebat (www.spesialindonesia.blogspot.com).

Julang Sulawesi

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Bucerotiformes Family : Bucerotidae Genus : Aceros Species : Aceros cassidix Nama Lain : Julang Sulawesi
Julang sulawesi termasuk dalam famili Bucerotidae. Burung endemik Sulawesi ini memiliki ukuran tubuh yang besar (104 cm). Secara umum tubuhnya berwarna hitam, ekor berwarna putih, dan paruhnya besar berwarna kuning. Burung jantan dan betina dapat dibedakan dari ukuran tubuh, warna bulu leher, dan tanduknya (casque). Jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar, warna bulu lehernya kuning-keemasan, dan tanduknya berwarna merah. Sedangkan betina ukuran tubuhnya lebih kecil, warna bulu lehernya hitam dan tanduknya berwarna kuning. Julang sulawesi sangat mudah ditemukan di hutan-hutan Sulawesi. Burung ini memanfaatkan hutan yang menyediakan pohon-pohon besar untuk membuat sarang. Julang sulawesi membuat sarang dilubang pohon, dimana pohon yang dijadikan sarang merupakan pohon yang besar dan tinggi, biasanya di tengah hutan yang jauh dari kehidupan manusia. Fauna ini satu kerabat dengan burung Enggang Gading (Rhinoplax vigil) dari Kalimantan Barat. Julang Sulawesi memiliki warna paruh yang lebih terang yaitu kuning gading dengan warna casque (tanduk) merah. Antara leher dan paruh bawah berwarna biru menyala. Ukuran tubuh julang Sulawesi lebih kecil dibandingkan dengan kerabatnya Enggang gading.

Pesut Mahakam

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Cetacea Family : Delphinidae Genus : Orcaella Species : Orcaella brevirostris Nama Lain : Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur (www.alamendah.blogspot.com). Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy dolphin). Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis. Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam,Sungai Mekong, dan Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai Irrawaddy sudah punah. Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara,Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan Danau Jempang (15.000 ha),Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau Melintang (11.000 ha). Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar. Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut. Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam (www.wikipedia.com).

Bekantan

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Primata Family : Cercopithecidae Genus : Nasalis Species : Nasalis larvatus Nama Lain : Bekantan
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis. Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei disebut bangkatan. Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit. Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN. (Sumber :www.wikipedia.com)

Kuau kerdil

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Galliformes Family : Phasianidae Genus : Polyplectron Species : Polyplectron schleiemacheri Nama Lain : Kuau kerdil
Marga Polyplectron dari suku Phasianidae mencakup semua jenis kuau-kerdil. Hewan jantan memiliki variasi pola bulu yang menarik, sementara yang betina cenderung memiliki pola yang kurang bervariasi. Sama halnya dengan Family Phasianidae jantan termasuk burung berukuran besar dengan ekor yang panjang dan bulu yang sangat indah juga pada burung Kuau kerdil ini. Kelompok burung ini lebih banyak menghabiskan waktunya di tanah, mulai dari hutan tepi pantai, padang rumput terbuka hingga hutan pegunungan berhawa sejuk. Kuau-kerdil Kalimantan, Polyplectron schleiermacheri, adalah jenis kuau-kerdil berukuran sedang yang berhabitat di hutan hujan dataran rendah Pulau Kalimantan. Kuau ini adalah jenis kuau merak yang paling langka dan sudah jarang ditemui. Cirinya adalah ukuran tubuhnya yang maksimal dapat tumbuh sampai 50 cm dengan bintik-bintik pada tubuhnya. Kuau merak Kalimantan masih berkerabat dengan kuau-kerdil Malaya dan kuau-kerdil Palawan. (www.gudangburung.blogspot.com).

Enggang Gading

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Coraciiformes Family : Bucerotidae Genus : Buceros Species : Buceros vigil Nama Lain : Enggang gading
Enggang Gading merupakan fauna yang menjadi maskot Provinsi Kalimantan Barat. Dalam budaya Kalimantan, burung Enggang Gading (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat "maskulin" (www.wikipedia.com). Penghargaan masyarakat dayak terhadap burung enggang sebagai suatu symbol yang diagungkan tercermin dalam budaya masyarakat Dayak berupa tarian tradisional yang diberi nama tari burung enggang atau Tari Kancet Lasan (Sebutan masyarakat dayak Kenyah). Tari ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon (www.borneonews-borneoku.blogspot.com). Di antara semua jenis burung enggang/burung rangkong, enggang gading (Buceros vigil) adalah yang terbesar ukurannya, kepalanya dan paruhnya besar, tebal dan kokoh dengan tanduk yg menutup bagian dahinya. Warna tanduk merah pada bagian yang dekat dengan kepala, kuning gading pada sisanya. Ciri ini yang memberikan namanya. Ekor sangat panjang sampai dua kali panjang tubuh seluruhnya dapat mencapai 1,5 m, terbangnya kuat dengan mengeluarkan bunyi hempasan sayap. Bertengger di pohon yang tinggi, burung ini sering menimbulkan suara yang ramai di tengah hutan. Makanannya buah-buahan terutama buah beringin dan palem, tapi tidak jarang juga makan serangga, tikus, kadal bahkan burung kecil. Burung ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Burung ini membutuhkan habitat yang berupa hutan dengan pepohonan yang tinggi yaitu di hutan tropika yang tidak terganggu, yang masih utuh. Pelestarian Enggang Gading menunjukkan pelestarian hutan tropika. Di dalam hutan ia selalu bertengger pada pohon-pohon tertinggi, sambil kadang-kadang ia terbang ke pohon-pohon yang rendah untuk mendapatkan makanan. Burung enggang bertelur sebanyak enam biji telur dan dierami di dalam sarang. Sarang burung enggang terbuat dari kotoran dan kulit buah. Hanya terdapat satu bukaan kecil yang cukup untuk burung jantan mengulurkan makanan kepada anak burung dan burung enggang betina. Jika telur telah menetas dan anak burung semakin dewasa, maka sarang tidak akan cukup untuk menampung anak dan burung betina akan memecahkan sarang untuk keluar dan membangun lagi dinding tersebut dan kemudian membantu burung jantan untuk mencari makanan bagi anak-anak burung. Burung Enggang memiliki beberapa peranan dalam ekosistem. Menurut (M. Yusuf. 2008) dalam (Amalia dini, 2012) hasil penelitian menunjukkan satwa ini merupakan pemakan buah dan sangat menggemari buah Ara (Ficus sp.) dimana buah ini merupakan pohon kunci bagi kelestarian satwa liar. Kelompok burung Enggang (Bucerotidae) yang tergolong satwa pemakan buah, berperan dalam penyebaran biji di hutan. Biji-biji tersebut tersebar melalui kotorannya karena sistem pencernaan Enggang tidak merusak biji buah. Selain itu, pergerakan Enggang keluar dari pohon penghasil buah membantu menyebarkan biji dan meregenerasi hutan secara alamiah. Binatang ini juga sebagai navigator bagi orangutan dalam mencari makan (www.amaliandini.wordpress.com).

Komodo

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Family : Varanidae Genus : Varanus Species : Varanus komodoensis Nama Lain : Biawak Komodo
Komodo adalah spesies kadal terbesar di dunia dan merupakan hewan endemik Indonesia. Binatang ini dapat tersebar di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Binatang ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.binatang ini dijadikan fauna identitas propinsi Nusa Tenggara Timur. Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar, panjang rata-rata tubuhnya sekitar 2-3 m. Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam. Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Binatang ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium rangsangan dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Binatang ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan. Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih. Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Binatang ini menyukai hidup di tempat panas dan kering seperti di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; perenang yang sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Namun dengan bertambahnya umur, komodo lebih sering menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon. Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa. Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. (sumber : www.wikipedia.com)

Rusa Timor

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Family : Cervidae Genus : Cervus Species : Cervus timorensis Nama Lain : Rusa Timor
Rusa timor merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor yang mempunyai nama latin Cervus timorensis diperkirakan asli berasal dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Rusa timor (Cervus timorensis) yang ditetapkan menjadi fauna identitas NTB, memiliki bulu coklat dengan warna bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Hewan jantan relatif lebih besar dibandingkan dengan betinanya. Tinggi badannya antara 91-102 cm dengan berat badan 103-155 kg, lebih kecil bila dibandingkan dengan Sambar (Cervus unicolor). Rusa jantan mempunyai tanduk yang bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan umur 8 bulan. Setelah dewasa, ranggah menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing. Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan hewan yang dapat aktif di siang hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung kondisi habitatnya (www.rusaindonesia.blogspot.com). Rusa timor merupakan hewan herbivora yang menyukai daun-daunan dan berbagai macam buah-buahan. Rusa memakan berbagai bagian tumbuhan mulai dari pucuk, daun muda, daun tua, maupun batang muda. Umumnya rusa timor bersifat poligamus yaitu satu penjantan akan mengawini beberapa betina. Rusa betina mempunyai anak setiap tahun dengan sekali musim rata-rata satu ekor anak. Cervus timorensis tersebar alami hampir di seluruh kepulauan Indonesia kecuali di Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. Rusa timor diperkirakan berasal dari pulau Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan telah diintroduksi juga ke berbagai negara seperti Australia, Mauritius, Kaledonia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste. Habitat rusa timor adalah padang rumput pada daerah beriklim tropis dan subtropis, namun binatang ini mampu beradaptasi di habitat yang berupa hutan, pegunungan, dan rawa-rawa. Rusa yang menjadi fauna identitas Nusa Tenggara Barat ini dapat hidup hingga ketinggian 900 meter dpl. Populasi rusa timor secara keseluruhan diperkirakan sekitar 10.000 hingga 20.000 ekor dewasa. Berdasarkan jumlah populasi dan persebarannya, rusa timor dimasukkan dalam status konservasi “vulnerable” (Rentan) oleh IUCN Red List. Populasi rusa timor terbesar terdapat di TN. Wasur, Papua dengan populasi sekitar 8.000 ekor (1992). Populasi di Jawa justru megalami pengurangan yang sangat besar. Seperti di TN. Baluran sekitar 1.000 ekor (2008). Ancaman utama terhadap rusa timor berasal dari perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk mengambil dagingnya. Penurunan populasi juga diakibatkan oleh berkurangnya lahan dan padang penggembalaan (padang rumput) di Taman Nasional yang menjadi habitat rusa timor. Hilangnya padang rumput ini ada yang diakibatkan oleh konversi menjadi lahan pertanian dan pemikiman juga oleh kesalahan pengelolaan seperti penanaman pohon yang yang kemudian merubah padang rumput menjadi hutan semak seperti yang pernah terjadi di TN. Baluran (www.alamendah.blogspot.com).

Jalak Bali

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Family : Sturnidae Genus : Leucopsar Species : Leucopsar rothschildi Nama Lain : Jalak Bali
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan fauna endemik Indonesia yang hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Karena kekhasannya tersebut fauna ini dijadikan fauna identitas propinsi Bali sejak tahun 1991. Jalak Bali merupakan sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa. Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912. Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali. Jalak Bali dinilai statusnya sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalamCITES Appendix I (www.wikipedia.com).

Ayam Bekisar

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Galliformes Family : Phasianidae Genus : Gallus Species : - Nama Lain : Ayam Bekisar
Ayam bekisar merupakan hewan khas Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, hewan ini merupakan fauna maskot provinsi Jawa Timur. Ayam Bekisar merupakan keturunan F1 hasil perkawinan ayam hutan jantan (Gallus varius) dan ayam Kampung betina (Gallus gallus domesticus). Bekisar dikembangkan sebagai ayam peliharaan untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan keindahan suaranya dengan suara kokok yang memikat (www.agroburung.com). Menurut sumber rujukan dari Wikipedia.com ada tiga tipe ayam bekisar, yaitu : 1. Gallus aenus yang berjengger bergerigi 8 kecil, pial berukuran sedang, warna bulu pada lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas. 2. Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi enam, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan. 3. Gallus violaceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus (www.wikipedia.com). Beberapa macam ayam Bekisar yang terkenal keindahannya dan diidentikan dengan wilayah asal ayam tersebut yaitu : 1. Bekisar Kangean (Madura), dibentuk dari induk betina berbulu satu macam misalnya hitam, merah, putih, kuning, dan abu – abu. 2. Bekisar Putih (Yogya), berwarna putih mulai dari paruh, hingga telapak kaki kecuali jengger, pial, dan cuping berwarna merah. 3. Bekisar Hitam (Parakan), silangan dengan ayam Kedu Hitam betina. Bentuk tubuh tinggi, besar, tegap dan berbulu hitam. 4. Bekisar Multiwarna (Solo), kaya akan warna dan suaranya sangat nyaring dengan ujung suara meninggi, ukuran tubuh sedang. Ayam Bekisar multiwarna mempunyai bulu warna – warni dengan bulu leher, bulu pelana, dan bulu hias berwarna merah menyala (www.agroburung.com). Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang halus dan khas: tersusun dari dua nada. Ayam bekisar, karena ia hasil persilangan antara dua jenis yang berbeda, biasanya mandul. Namun demikian, tidak semuanya demikian. Ada pula ayam bekisar (jantan atau betina) yang bila dikawinkan dengan ayam kampung menghasilkan keturunan. Ciri-ciri khusus dari ayam bekisar yang paling menonjol adalah bentuk bulu leher yang ujungnya bulat/lonjong bukan lancip. Jika dibandingkan dengan ayam jago biasa maka akan terlihat jelas. Bentuk ayam yang mirip sekali dengan bekisar adalah hasil silangan ayam bekisar dengan ayam kampung yang dinamakan bekikuk. Bentuk dan posturnya sama, hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya yang berbeda. Ayam bekisar merupakan hewan khas Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, hewan ini merupakan fauna maskot provinsi Jawa Timur. Ayam Bekisar merupakan keturunan F1 hasil perkawinan ayam hutan jantan (Gallus varius) dan ayam Kampung betina (Gallus gallus domesticus). Bekisar dikembangkan sebagai ayam peliharaan untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan keindahan suaranya dengan suara kokok yang memikat (www.agroburung.com). Menurut sumber rujukan dari Wikipedia.com ada tiga tipe ayam bekisar, yaitu : 1. Gallus aenus yang berjengger bergerigi 8 kecil, pial berukuran sedang, warna bulu pada lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas. 2. Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi enam, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan. 3. Gallus violaceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus (www.wikipedia.com). Beberapa macam ayam Bekisar yang terkenal keindahannya dan diidentikan dengan wilayah asal ayam tersebut yaitu : 1. Bekisar Kangean (Madura), dibentuk dari induk betina berbulu satu macam misalnya hitam, merah, putih, kuning, dan abu – abu. 2. Bekisar Putih (Yogya), berwarna putih mulai dari paruh, hingga telapak kaki kecuali jengger, pial, dan cuping berwarna merah. 3. Bekisar Hitam (Parakan), silangan dengan ayam Kedu Hitam betina. Bentuk tubuh tinggi, besar, tegap dan berbulu hitam. 4. Bekisar Multiwarna (Solo), kaya akan warna dan suaranya sangat nyaring dengan ujung suara meninggi, ukuran tubuh sedang. Ayam Bekisar multiwarna mempunyai bulu warna – warni dengan bulu leher, bulu pelana, dan bulu hias berwarna merah menyala (www.agroburung.com). Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang halus dan khas: tersusun dari dua nada. Ayam bekisar, karena ia hasil persilangan antara dua jenis yang berbeda, biasanya mandul. Namun demikian, tidak semuanya demikian. Ada pula ayam bekisar (jantan atau betina) yang bila dikawinkan dengan ayam kampung menghasilkan keturunan. Ciri-ciri khusus dari ayam bekisar yang paling menonjol adalah bentuk bulu leher yang ujungnya bulat/lonjong bukan lancip. Jika dibandingkan dengan ayam jago biasa maka akan terlihat jelas. Bentuk ayam yang mirip sekali dengan bekisar adalah hasil silangan ayam bekisar dengan ayam kampung yang dinamakan bekikuk. Bentuk dan posturnya sama, hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya yang berbeda.

Burung Perkutut

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Columbiformes Family : Columbidae Genus : Geopelia Species : Geopelia striata Nama Lain : Perkutut / Merbuk
Merbuk atau Perkutut adalah sejenis burung berukuran kecil, berwarna abu-abu yang banyak dipelihara orang karena keindahan suaranya. Dalam tradisi Indonesia, terutama Jawa, burung ini sangat dikenal dan digemari, bahkan agak lebih “dimuliakan” dibandingkan dengan burung peliharaan lainnya. Begitu pun dengan masyarakat Yogyakarta, sebagai kota budaya Yogyakarta memiliki tradisi dalam dunia klangenan (dunia yang identik dengan hobi memelihara hewan kesayangan). Salahsatu klangenan yang tak lukung oleh waktu dari masa kemasa adalah memelihara Burung Perkutut. Burung ini bagi masyarakat jogja adalah burung yang istimewa, sehingga burung ini dijadikan sebagai fauna identitas Propinsi ini (www.sidoharjo.com). Burung ini memiliki ukuran tubuh yang kecil dibandingkan dengan jenis lain dalam family ini, panjangnya berkisar anatara 20-25 cm. kepalanya membulat kecil berwarna abu-abu, paruhnya panjang meruncing berwarna biru keabu-abuan. Bentuk mata burung ini bulat dengan warna iris mata abu-abu kebiru-biruan. Lehernya agak panjang dan jenjang serta ditumbuhi bulu halus. Bulu disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna hitam putih. Bulu yang menutupi badan perkutut berwarna kecokelatan. Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna cokelat tua. Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang. Jari-jari Perkutut berjumlah 8 dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi jumlah jari tiap kaki adalah 4. 3 dari 4 jari ada didepan dan 1 jari dibelakang. Jari-jari Perkutut berguna untuk bertengger (www.wikipedia.org). Di alam bebas, Perkutut umumnya hidup secara berkelompok dengan lingkungan yang berumput, daerah bukit berbatu dan di tempat dataran rendah maupun tinggi yang banyak ditumbuhi rumput. Hal ini disebabkan karena makanan perkutut berupa biji-bijian yang seperti millet, jewawut, gabah kecil dan lain-lain.

Burung Kepodang Emas

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Family : Oriolidae Genus : Oriolus Species : Oriolus chinensis Nama Lain : Kepodang Emas
Bagi para hobiis burung tentu mengenal dengan sosok burung ini, kicauan serta tampilan bulunya yang berwarna kuning cerah menjadikan kekhasan dan memiliki nilai jual yang tinggi. Kepodang emas (Oriolus chinensis) merupakan burung berkicau yang mempunyai bulu yang indah. Burung Kepodang cukup dikenal dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah. Burung Kepodang yang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah ini dikenal juga dengan sebutan manuk pitu wolu karena bunyinya yang nyaring mirip dengan ucapan pitu-wolu (tujuh delapan). Selain itu, burung ini juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam membuat sarang (www.alamendahblogspot.com). Burung Kepodang (Oriolus chinensis) berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. Bulunya indah berwarna kuning keemasan sedang bagian kepala,sayap dan ekor ada sebagian bulu yang berwarna hitam. Ciri khas burung Kepodang adalah terdapatnya garis hitam melewati mata dan tengkuk. Iris mata burung Kepodang berwarna merah sedangkan paruhnya berwarna merah jambu dan kedua kakinya berwarna hitam. Burung Kepodang yang ditetapkan sebagai maskot (fauna identitas) provinsi Jawa Tengah ini mempunyai siulan seperti bunyi alunan seruling dengan bunyi “liiuw, klii-lii-tii-liiuw” atau “u-dli-u”. Selain mempunyai ocehan yang sangat keras dan nyaring, Kepodang juga pandai menirukan suara burung Ciblek, Prenjak, Penthet bahkan suara burung Raja Udang. Makanan utama Kepodang adalah buah-buahan seperti pisang dan papaya, serangga kecil dan biji-bijian dan sesekali memakan ulat bumbung dan ulat pisang. Burung Kepodang biasa hidup berpasangan. Burung betina biasanya membuat sarang dengan teliti pada ranting pohon. Ketelitian burung Kepodang dalam membuat sarang yang indah dan tampilan burung yang selalu terlihat bersih dan rapi dengan bulu yang indah menawan membuat burung ini sering mendapat predikat sebagai burung pesolek. Habitat, Persebaran, dan Konservasi. Habitat asli Burung Kepodang (Oriolus chinensis) adalah di daerah dataran tinggi. Namun burung ini dapat juga ditemui di hutan terbuka, hutan mangrove dan hutan pantai hingga ketinggian 1.600 m dpl. Kepodang tersebar luas di mulai dari India, Bangladesh, Rusia, China, Korea, Taiwan, Laos, Myanmar, Kamboja, Thailand, Filipina, Malaysia, hingga Indonesia. Di Indonesia, burung berbulu indah ini dapat dijumpai di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Burung Kepodang (Oriolus chinensis), meskipun di beberapa tempat di Indonesia julai jarang ditemukan tetapi secara umum masih dikategorikan sebagai ‘Least Concern’ atau ‘Beresiko Rendah’ oleh IUCN Redlist. Artinya burung pesolek maskot provinsi Jawa Tengah ini masih dianggap belum terancam kepunahan (www.alamendahblogspot.com).

Macan Tutul jawa

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Carnivora Family : Felidae Genus : Panthera Species : Panthera pardus melas Nama Lain : Macan tutul Jawa
Lincah, Trengginas, liar, sangar, serta memiliki tatapan mata yang tajam, kesan tersebut yang akan terekam jika dihubungkan dengan Macan Tutul Jawa. Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) atau macan kumbang adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia. Macan Tutul Jawa menjadi kucing besar terakhir yang tersisa di pulau Jawa setelah punahnya Harimau Jawa (Panthera tigris sondaicus). Macan Tutul Jawa (Java Leopard) merupakan satu dari sembilan subspesies Macan Tutul (Panthera pardus) di dunia yang merupakan satwa endemik pulau Jawa. Ia memiliki dua variasi: berwarna terang dengan motif bintik-bintik gelap berbentuk kembangan dan hitam (macan kumbang). Macan tutul jawa adalah satwa indentitas Provinsi Jawa Barat. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil, dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam. Ciri-ciri Macan Tutul Jawa Panjang tubuh berkisar antara 90 – 150 cm dengan tinggi 60 – 95 cm. Bobot badannya berkisar 40 – 60 kg. subspecies Macan Tutul yang menjadi satwa endemik pulau Jawa ini mempunyai khas warna bertutul-tutul di sekujur tubuhnya. Pada umumnya bulunya berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil. Macan Tutul Jawa betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.Subspesies ini pada umumnya memiliki rambut seperti warna sayap kumbang yang hitam mengilap, dengan bintik-bintik gelap berbentuk kembangan yang hanya terlihat di bawah cahaya terang. Macan Kumbang sebenarnya masih satu spesies dan belum dibedakan subspecies dengan macan tutul jawa walaupun memiliki tampilan warna rambut yang berbeda. Macan tutul merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa. Frekuensi tipe hitam (kumbang) relatif tinggi. Warna hitam ini terjadi akibat satu alel resesif yang dimiliki hewan ini. Rambut hitam Macan Kumbang sangat membantu dalam beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap. Macan Kumbang betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan. Hewan ini soliter, kecuali pada musim berbiak. Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) sebagaimana macan tutul lainnya adalah binatang nokturnal yang lebih aktif di malam hari. Kucing besar ini termasuk salah satu binatang yang pandai memanjat dan berenang. Ia lebih aktif berburu mangsa di malam hari. Macan Tutul Jawa adalah binatang karnivora yang memangsa buruannya seperti kijang, monyet ekor panjang, babi hutan, kancil dan owa jawa, landak jawa, surili dan lutung hitam. Kucing besar ini juga mampu menyeret dan membawa hasil buruannya ke atas pohon yang terkadang bobot mangsa melebih ukuran tubuhnya. Perilaku ini selain untuk menghindari kehilangan mangsa hasil buruan, selain itu juga untuk penyimpanan persediaan makanan. Meskipun masa hidup di alam belum banyak diketahui tetapi di penangkaran, Macan tutul dapat hidup hingga 21-23 tahun. Macan tutul yang hidup dalam teritorial (ruang gerak) berkisar 5 – 15 km2. Bersifat soliter, tetapi pada saat tertentu seperti berpasangan dan pengasuhan anak, macan tutul dapat hidup berkelompok. Macan tutul jantan akan berkelana mencari pasangan dalam teritorinya masing-masing, di mana tiap daerah tersebut ditandai dengan cakaran di batang kayu, urine maupun kotorannya. Macan tutul betina umumya memiliki anak lebih kurang 2-6 ekor setiap kelahiran dengan masa kehamilan lebih kurang 110 hari. Menjadi dewasa pada usia 3-4 tahun. Anak macan tutul akan tetap bersama induknya hingga berumur 18-24 bulan. Dalam pola pengasuhan anak, kadang-kadang macan tutul jantan membantu dalam hal pengasuhan anak. Sebagian besar populasi macan tutul dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, meskipun di semua taman nasional di Jawa dilaporkan pernah ditemukan hewan ini, mulai dari Ujung Kulon hingga Baluran. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan, penangkapan liar, serta daerah dan populasi dimana hewan ini ditemukan sangat terbatas, macan tutul jawa dievaluasikan sebagai Kritis sejak 2007 di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. (www.wikipedia.com)

Elang Bondol

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Falconiformes Family : Accipitridae Genus : Haliastur Species : Haliastur indus Nama Lain : Elang Bondol
Meski bukan satwa endemik Jakarta, pada 1989 Elang Bondol ditetapkan menjadi maskot Jakarta (www.merdeka.com). Di Jakarta Fauna ini hanya bisa ditemukan di kebun binatang saja, Elang Bondol yang hidup dan erbang bebas di langit kota ini sudah tidak bias kita jumpai lagi. Terusiknya habitat Elang Bondol juga dipicu oleh pertambahan penduduk Jakarta. Pohon-pohon tinggi yang banyak tumbuh di Jakarta ini berganti gedung-gedung pencakar langit. Sehingga fauna ini pun harus bertahan di pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu seperti di Pulau Kotok dan Pulau Pramuka (www.merdeka.com). Elang bondol atau dalam nama ilmiahnya adalah Haliastur Indus adalah spesies dari genus dari Haliastur. Burung Elang Bondol berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Elang bondol yang remaja berkarakter seluruh tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Ujung ekor bundar, Iris mata berwarna coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, kaki dan tungkai kuning suram. Ketika dewasa, bulu pada bagian kepala, leher, dada putih sedangkan bulu pada sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang (www.wikipedia.com). Fauna ini merupakan burung karnivora jika diperairan fauna ini akan memangsa kepiting, udang, dan ikan. Sedangkan jika sedang berada di daratan fauna ini akan memangsa anak ayam, serangga, dan mamalia kecil. Wilayah sebaran Fauna ini cukup beragam yaitu meliputi India, Cina selatan, Asia tenggara, Indonesia, Australia. Di Indonesia, penyebarannya ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua. Di Kalimantan sendiri, elang bondol dapat di temui di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, keberadaan elang bondol disana melimpah. (www.wikipedia.com)

Wednesday 28 August 2013

Badak Jawa

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Perissodactyla Family : Rhinocerotidae Genus : Rhinoceros Species : Rhinoceros sondaicus Nama Lain : Badak jawa
Badak jawa atau Badak bercula-satu (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Karena jumlahnya yang sanga sedikit ditemukana di alam bebas kemungkinan badak ini adalah mamalia terlangka di bumi. Menurut sumber yang ada jumlahnya hanya sekitar 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari 8 pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak Jawa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah perburuan untuk diambil bagian tubuhnya yang sangat berharga serta bernilai jual tinggi yaitu bagian culanya, serta diakibatkan kehilangan habitatnya. (www.wikipedia.com) Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya. Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang. Terdapat tiga subspecies dari jenis badak ini, yang masih ada hanya dua subspecies Badak jawa yang ditemukan di ujung kulon (Rhinoceros sondaicus sondaicus) dan Badak Jawa yang ditemukan di Vietnam (Rhinoceros sondaicus annamiticus) , sementara satu subspesies telah punah yaitu Badak jawa yang pernah hidup di di Benggala dan Burma (Myanmar) Badak tersebut adalah Rhinoceros sondaicus inermis. Badak jawa lebih kecil daripada sepupunya, badak india, dan memiliki besar tubuh yang dekat dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat lebih dari 3,1–3,2 m dan mencapai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan memiliki berat antara 900 dan 2.300 kilogram. Badak ini memiliki bentuk cula yang paling kecil dari semua badak, biasanya lebih sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya untuk bertarung, tetapi menggunakannya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal. Badak Jawa memiliki bibir panjang, atas dan tinggi yang membantunya mengambil makanan.Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di belakang gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa memiliki penciuman dan pendengaran yang baik tetapi memiliki pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun. (www.wikipedia.com) Badak termasuk binatang nocturnal artinya segala aktivitasnya dilakukan pada sore, malam, dan pagi hari. Pada siang hari pada umumnya mereka beriistirahat. Bekas tidurnya sering ditemukan berada dekat dengan sebuah kubangan atau di bawah pohon atau rumpun bambu, sering pula ditemukan di hutan terbuka pada puncak sebuah bukit Badak berbaring tidur dan istirahat dengan satu atau kedua kakinya merentang ke depan, berlawanan dengan Diceros yang sebelum berbaring mereka menyusun jerami disekelilingnya dengan kaki depannya. Ketika beristirahat badak meletakan sebagian sisi tubuhnya ke tanah. Badak bukan tipe penidur yang sungguh. Badak sering dijumpai beristirahat di tanah padat selain kubangan. Tempat beristirahat ditandai dengan bekas atau jejak kulit badak di tanah, tetapi kadang-kadang tidak berbekas bila tanahnya cukup keras. Badak beristirahat tidak selalu berbaring, tetapi berdiri, terlihat ngantuk (tidur ayam) dengan kepala terkulai ke bawah. Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di kubangan lumpur dan tempat sumber mineral. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam jenis tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Tidak kurang dari 190 jenis tumbuhan merupakan sumber pakan bagi badak. Dari jumlah tersebut, 4 jenis merupakan sumber pakan utama, yaitu kedondong hutan (Spondias pinnata), tepus (Ammomum sp), selungkar (Leea sambucina) dan segel (Dillenia excelsa). Jenis tumbuhan pakan banyak ditemukan pada daerah belukar di Ujung Kulon bagian timur seperti Nyiur, Nyawaan, Citelang, Cikarang, Pamegaran, Cigenter dan Cihandeuleum. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan. Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diamati secara langsung dan tidak ada kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat berhenti pada waktu sekitar 2 tahun. Karena keunikan dan kelangkaannya tersebut, fauna ini dijadikan fauna identitas propinsi Banten. Hal ini dikarenakan habitat satu-satunya bagi fauna ini terdapat di taman Nasional Ujung kulon propinsi Banten.

Gajah Sumatera

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Proboscidea Family : Elephantidae Genus : Elephas Species : Elephas maximus Nama Lain : Gajah Asia
Gajah adalah mammalia darat terbesar di dunia. Terdapat 2 spesies gajah di dunia yaitu: gajah asia atau gajah india (Elephas maximus), gajah afrika (Loxodonta aricana). Periode kehamilan gajah adalah 22 bulan, masa kehamilan terlama dibandingkan hewan darat lainnya. Berat anak gajah pada umumnya 120 kilogram dan seekor gajah bisa hidup selama kurang lebih 70 tahun. Gajah juga pernah digunakan dalam peperangan sebagai gajah perang, yang digunakan untuk menyerang musuh. Gajah adalah satu-satunya mamalia di dunia yang tidak bisa melompat. Gajah Afrika merupakan hewan darat terbesar di dunia. Sepanjang 55 juta tahun terdapat 500 spesies gajah yang dikenal dan hanya dua spesies yang masih ada yaitu gajah Asia Elephas maximus dan gajah Afrika Loxodonta africana. Gajah Asia berbeda dengan gajah Afrika, gajah Asia memiliki telinga lebih kecil sedikit daripada gajah Afrika, mempunyai dahi yang rata, dan dua bonggol di kepalanya merupakan puncak tertinggi gajah, dibandingkan dengan gajah Afrika yang mempunyai hanya satu bonggol di atas kepala. Selain itu, ujung belalai gajah Asia hanya mempunyai 1 bibir, sementara gajah Afrika mempunyai 2 bibir di ujung belalai. Kedua jenis kelamin gajah Afrika mempunyai gading sementara hanya gajah Asia jantan yang mempunyai gading yang jelas terlihat. Ada pula spesies gajah kerdil atau pygmy elephants dengan nama latin elephas maximus borneensis adalah spesies terkecil gajah, bahkan lebih kecil dari gajah Sumatra. Ukuran tubuhnya hanya sekitar 2,5 meter, seperti pada ukuran bayi gajah lainnya. Data menunjukkan bahwa DNA pada gajah kerdil adalah sama sekali berbeda dari gajah Asia dan gajah Afrika, hal ini berarti bahwa gajah kerdil merupakan subspesies baru dari gajah.[6] Habitat tempat hidup mereka ada di kedalaman hutan Kalimantan, perbatasan antara Kalimantan Timur - Indonesia dengan Malaysia. Pernyebaran gajah di Asia meliputi India, Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian barat dan Sabah (Malaysia Timur). Sedangkan gajah di Afrika pernyebarannya meliputi sebagian besar daratan Afrika yang berupa padang rumput. Di Indonesia, gajah terdapat di Sumatera (gajah Sumatera) dan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (gajah Kalimantan). Gajah merupakan hewan herbivora, ia menghabiskan 16 jam sehari untuk mengumpulkan makanan. Makanannya sebagian besar berupa rumput, ditambah dengan dedaunan, ranting, akar, dan sedikit buah, benih dan bunga. Karena gajah hanya mencerna 40% dari yang dimakannya, mereka harus mengonsumsi makanan dalam jumlah besar. Gajah dewasa dapat mengonsumsi 140-270 kg makanan per hari. (sumber : www.wikipedia.com)

Beruang Madu

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Carnivora Family : Ursidae Genus : Helarctos Species : Helarctos malayanus Nama Lain : Beruang madu
Beruang madu merupakan jenis beruang paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Panjang tubuhnya sekitar 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 - 65 kg. Rambut beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya berwarna hitam, matanya berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu moncong. Pada bagian bawah rambut lehernya terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya menggambarkan matahari terbit. Telapak kaki beruang ini tidak berambut hal ini disebabkan hidupnya di pepohonan sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer/jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Beruang jenis ini memiliki lidah yang sangat panjang dan dapat disesuaikan dengan kondisi alam untuk mengambil sari madu dari sarang lebah di pepohonan. Selain itu, lidah yang panjangnya dapat melebihi 25 cm itu juga digunakan untuk menangkap serangga kecil di batang pohon. Beruang madu memiliki indra penciuman yang sangat tajam serta memiliki kuku yang panjang di keempat lengannya yang digunakan untuk mempermudah mencari makanan. Beruang madu lebih sering berjalan dengan empat kaki, dan sangat jarang berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Lengan beruang jenis ini cukup lebar dan memiliki kuku melengkung serta berlubang yang memudahkannya memanjat pohon. Kuku tangan yang melengkung digunakan oleh beruang ini untuk mengambil rayap, semut dan sarang lebah dan beruang yang sedang mencari madu akan segera menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras. Gigi beruang ini lebih datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi taringnya cukup panjang sehingga menonjol keluar dari mulut. Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2 - 7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang. Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara. Penyebarannya terdapat di pulau Kalimantan, Sumatera, Indocina, Cina Selatan, Burma, serta Semenanjung Malaya. Oleh karena itulah jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di wilayah empat musim. Beruang ini telah terdaftar dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979 yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh diburu oleh siapapun.

Mantilin

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Primata Family : Tarsiidae Genus :Tarsius Species : Tarsius bancanus Nama Lain : Mentilin / Horsfield’s Tarsier
Primata yang dijadikan fauna identitas provinsi Bangka Belitung memiliki penampilan dengan perawakan yang mungil. Mentilin atau Horsfield’s Tarsier (Tarsius bancanus) dapat ditemukan di pulau Sumatera, Kalimantan dan pulau-pulau sekitar seperti Bangka, Belitung, dan Karimata. Selain itu terdapat juga di Sabah dan Serawak (Malaysia) dan Brunei Darussalam. Primate ini mempunyai ciri-ciri dan perilaku seperti jenis-jenis tarsius lainnya. Tubuh primata ini relatif mungil dengan panjang tubuhnya berkisar antara 12-15 cm dengan berat tubuh sekitar 128 gram (jantan) dan 117 gram (betina). Bulu tubuh mentilin berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan. Mentilin memiliki ekor yang panjang, bahkan melebihi panjang tubuhnya. Panjang ekor mentilin bisa mencapai 18-22 cm. Seperti tarsius lainnya, Horsfield’s Tarsier memiliki sepasang mata yang sangat besar. Mentilin merupakan binatang karnivora. Makanan utamanya adalah serangga seperti belalang, kumbang, kupu-kupu, belalang sembah, semut, dan jangkrik, tetapi fauna identitas provinsi Bangka Belitung ini juga memakan berbagai vertebrata kecil lainnya seperti kelelawar dan ular. Mentilin tergolong binatang nokturnal yang banyak berisitirahat pada siang hari pada dahan-dahan kecil dengan ketinggian 3 hingga 5 meter dari permukaan tanah dan baru bangun untuk beraktifitas saat menjelang malam tiba. Persebaran lebih spesifik dilihat berdasarkan jenisnya. Tarsius bancanus saltator terdapat di Belitung, Indonesia. Tarsius bancanus natunensis terdapat di pulau Natuna dan pulau Subi Island, Indonesia. Tarsius bancanus borneanus terdapat di Brunei, Indonesia (Kalimantan dan pulau Karimata) dan Malaysia (Sabah dan Sarawak) and on the island of Karimata (Indonesia). Tarsius bancanus bancanus terdapat di sebagian Sumatra dan pulau Bangka, Indonesia. Secara umum, mentilin atau Horsfield’s Tarsier dikategorikan dalam status konservasi vulnerable oleh IUCN Redlist. Namun jika berdasarkan masing-masing subspesies, Tarsius bancanus natunensis dikategorikan Critically Endangered, Tarsius bancanus bancanus dan Tarsius bancanus saltator dikategorikan sebagai Endangered. Sedangkan Tarsius bancanus borneanus dikategorikan Vulnerable. Oleh CITES, tarsius ini dimasukkan dalam daftar Apendiks II. Sedangkan oleh pemerintah Indonesia, mentilin dan semua jenis tarsius dilindungi berdasarkan PP. No. 7 Tahun 1999. Meskipun kalah tenar dibandingkan Tarsius tersier yang ada di Sulawesi, namun mentilin pun menjadi salah satu kekayaan bumi Indonesia. Terlebih primata ini ditetapkan menjadi maskot salah satu provinsi di Indonesia, Bangka Belitung. (www.alamendahblogspot.com)

Ikan Belida

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Osteoglossiformes Family : Notopteridae Genus :Chitala Species : Chitala lopis Nama Lain : Ikan Belida / Ikan Lopis
Ikan Belida (Chitala lopis) merupakan fauna kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Kata Belida diambil dari salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Ikan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias. Ikan Belida hidup diperairan tawar, makanannya berupa ikan kecil dan udang-udangan (crustacean), bobot ikan ini pada dewasa seberat 1,5 - 7 kg. Ciri-ciri morfologi lainnya yang khas adalah ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti pisau: punggungnya meninggi sehingga bagian perut tampak lebar dan pipih. Sirip anal Ikan Belida menyambung dengan sirip ekor berawal tepat di belakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk kepala dekat dengan punggung cekung dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur, sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar. Pada ikan betina memiliki sirip perut relatif pendek dan tidak menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk bulat. Ketika birahi (matang gonad), bagian perut membesar dan kelamin memerah. Sedangkan pada ikan Jantan memiliki sirip perut lebih panjang dan menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk tabung, ukuran lebih kecil daripada betina. Jika jantan siap memijah alat kelamin memerah dan mengeluarkan cairan putih (cairan sperma) jika ditekan/diurut. Ikan Belida lebih aktif pada malam hari, dan mulai respon terhadap makanan pada sore hari. Hewan ini menyukai bagian gelap dari sungai, biasanya hidup di lubuk di bawah pepohonan. Ikan Belida dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan.