Wednesday, 28 August 2013

Badak Jawa

Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Perissodactyla Family : Rhinocerotidae Genus : Rhinoceros Species : Rhinoceros sondaicus Nama Lain : Badak jawa
Badak jawa atau Badak bercula-satu (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Karena jumlahnya yang sanga sedikit ditemukana di alam bebas kemungkinan badak ini adalah mamalia terlangka di bumi. Menurut sumber yang ada jumlahnya hanya sekitar 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari 8 pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak Jawa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah perburuan untuk diambil bagian tubuhnya yang sangat berharga serta bernilai jual tinggi yaitu bagian culanya, serta diakibatkan kehilangan habitatnya. (www.wikipedia.com) Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya. Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang. Terdapat tiga subspecies dari jenis badak ini, yang masih ada hanya dua subspecies Badak jawa yang ditemukan di ujung kulon (Rhinoceros sondaicus sondaicus) dan Badak Jawa yang ditemukan di Vietnam (Rhinoceros sondaicus annamiticus) , sementara satu subspesies telah punah yaitu Badak jawa yang pernah hidup di di Benggala dan Burma (Myanmar) Badak tersebut adalah Rhinoceros sondaicus inermis. Badak jawa lebih kecil daripada sepupunya, badak india, dan memiliki besar tubuh yang dekat dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat lebih dari 3,1–3,2 m dan mencapai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan memiliki berat antara 900 dan 2.300 kilogram. Badak ini memiliki bentuk cula yang paling kecil dari semua badak, biasanya lebih sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya untuk bertarung, tetapi menggunakannya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal. Badak Jawa memiliki bibir panjang, atas dan tinggi yang membantunya mengambil makanan.Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di belakang gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa memiliki penciuman dan pendengaran yang baik tetapi memiliki pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun. (www.wikipedia.com) Badak termasuk binatang nocturnal artinya segala aktivitasnya dilakukan pada sore, malam, dan pagi hari. Pada siang hari pada umumnya mereka beriistirahat. Bekas tidurnya sering ditemukan berada dekat dengan sebuah kubangan atau di bawah pohon atau rumpun bambu, sering pula ditemukan di hutan terbuka pada puncak sebuah bukit Badak berbaring tidur dan istirahat dengan satu atau kedua kakinya merentang ke depan, berlawanan dengan Diceros yang sebelum berbaring mereka menyusun jerami disekelilingnya dengan kaki depannya. Ketika beristirahat badak meletakan sebagian sisi tubuhnya ke tanah. Badak bukan tipe penidur yang sungguh. Badak sering dijumpai beristirahat di tanah padat selain kubangan. Tempat beristirahat ditandai dengan bekas atau jejak kulit badak di tanah, tetapi kadang-kadang tidak berbekas bila tanahnya cukup keras. Badak beristirahat tidak selalu berbaring, tetapi berdiri, terlihat ngantuk (tidur ayam) dengan kepala terkulai ke bawah. Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di kubangan lumpur dan tempat sumber mineral. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam jenis tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Tidak kurang dari 190 jenis tumbuhan merupakan sumber pakan bagi badak. Dari jumlah tersebut, 4 jenis merupakan sumber pakan utama, yaitu kedondong hutan (Spondias pinnata), tepus (Ammomum sp), selungkar (Leea sambucina) dan segel (Dillenia excelsa). Jenis tumbuhan pakan banyak ditemukan pada daerah belukar di Ujung Kulon bagian timur seperti Nyiur, Nyawaan, Citelang, Cikarang, Pamegaran, Cigenter dan Cihandeuleum. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan. Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diamati secara langsung dan tidak ada kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat berhenti pada waktu sekitar 2 tahun. Karena keunikan dan kelangkaannya tersebut, fauna ini dijadikan fauna identitas propinsi Banten. Hal ini dikarenakan habitat satu-satunya bagi fauna ini terdapat di taman Nasional Ujung kulon propinsi Banten.

No comments:

Post a Comment